22 Mei 2019 | Kegiatan Statistik Lainnya
Ramadhan berjalan begitu cepat. Tanpa terasa
pertengahan Ramadhan telah kita lalui bersama. Seiring berjalannya hari-hari di
bulan yang penuh kemuliaan ini, sudah sepantasnya untuk diisi dengan
amalan-amalan yang baik. Tidak lengkap rasanya jika Ramadhan dilalui tanpa
perilaku bersedekah, mudik lebaran dan tradisi-tradisi khas lainnya. Dengan adanya
ritual ini, perputaran uang berjalan, pemerataan terjadi dan berdampak pada bergeraknya
roda perekonomian suatu daerah.
Ramadhan datang sebagai pemicu tingginya
perekonomian daerah hingga level nasional. Ramadhan memberikan dampak yang
masif di semua lini perekonomian. Tidakkah dapat dilihat selama Ramadhan ini,
Bank Indonesia sangat terbantu pekerjaannya. Momen Ramadhan membantu bank Indonesia
dalam mengelola peredaran uang. Hal ini dikarekanan tradisi unik yang banyak
terjadi di daerah-daerah selama Bulan Ramadhan, sebut saja tradisi menukarkan
uang baru. Uang cetakan baru masuk ke peredaran, uang lawas kembali ke bank Indonesia.
Sudah menjadi hal yang lumrah di pinggir jalan atau persimpangan lampu merah,
banyak jasa penukaran uang lama dengan uang baru dengan nominal yang lebih
kecil yang nantinya untuk dibagikan ke sanak saudara saat lebaran. Apalagi
ditambah dengan tradisi mudik yang merupakan agenda besar dan seolah wajib
ditunaikan bagi kaum muslim di Indonesia. Fenomena mudik lebaran ini semakin
membuat peredaran uang ke pelosok semakin bertambah deras alirannya. Dampak
yang berlipat-lipat dari tradisi Ramadhan ini sangat membantu Bank Indonesia
dalam pendistribusian uang.
Tradisi mudik juga menggerakkan berbagai
sendi-sendi perekonomian daerah. Mulai dari bisnis wisata yakni penjualan
tiket, kamar hotel, jasa transportasi serta bisnis makanan-minuman seolah tumbuh
bergairah bersamaan dengan momen mudik lebaran. Tingginya tingkat migrasi di
akhir Bulan Ramadhan memperluas jaringan bisnis hingga ke pelosok daerah.
Bisnis-bisnis yang mendukung secara langsung seperti yang telah disebutkan di
atas menjadi bisnis utama yang terkena dampak langsung dari agenda mudik
tahunan masyarakat muslim di Indonesia. Belum lagi bisnis-bisnis derivatif
lainnya yang mendukung kegiatan mudik seperti jasa bengkel/reparasi kendaraan
bermotor hingga perdagangan uang elektronik. Migrasi yang masif ini memberikan multiplier effect pada perekonomian.
Ramadhan juga berarti waktunya untuk berbenah
diri bagi beberapa kalangan. Bukan hanya dari sisi pakaian untuk berlebaran
demi mempercantik diri, sektor konstruksi dalam jumlah besar juga terkena imbas
momen Ramadhan. Untuk beberapa daerah Ramadhan juga berarti berbenah rumah,
mengecat rumah dan mengganti perabot. Konsumsi listrik dan air di rumah-rumah
juga meningkat termasuk rumah ibadah. Apalagi setelah ditambah dengan asupan
THR bagi hampir seluruh tenaga kerja. Suntikan dana segar bagi setiap rumah
tangga ini seolah membuat pengeluaran yang hampir tidak mungkin keluar, bisa
jadi ada karena daya beli masyarakat menjadi lebih kuat. Pengeluaran yang
khusus untuk dibelanjakan atau dalam istilah ekonomi disebut dengan dipossible income menjadi bergairah
dengan maraknya tunjangan yang diperoleh.
Peningkatan arus ekonomi ini dapat dilihat
secara detail dengan berkaca pada fenomena ekonomi di tahun 2018 lalu. Bulan
Ramadhan tahun lalu jatuh di Triwulan II 2018 (April – Juni). Pada periode
tersebut Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
mencatat bahwa adanya kenaikan kurang lebih RP 129,49 Miliar Rupiah menjadi Rp.
6.924,04 Miliar Rupiah dari konsumsi rumah tangga dihitung Atas Dasar Harga
Konstan (ADHK). Dengan dihitungnya ADHK ini menunjukkan adanya kenaikan
pengeluaran di Triwulan II 2018 pada tingkat kuantitasnya (harga konstan tahun
dasar 2010). Dengan pertambahan nilai yang cukup besar tersebut mengakibatkan
laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga mencapai puncaknya di level 1,91 persen
di Triwulan II 2018. Dengan laju setinggi itu, konsumsi rumah tangga bersama
komponen lainnya mendorong pertumbuhan ekonomi Babel ke laju 3,46 persen.
Fenomena yang terjadi di triwulan II ini cukup untuk memberikan kabar baik
mengingat di triwulan sebelumnya, ekonomi Babel nampak lesu dengan degradari
perutumbahan ke minus 0,30 persen secara agregat.
Ramalan
Asumsi Pertumbuhan Realistis
Meneropong ke triwulan II 2019 ini nampaknya
pertumbuhan ekonomi Babel tidak akan sedahsyat di 2018. Mungkin masih sama
lajunya tetapi sulit untuk lebih tinggi lagi. Hal ini dikarenakan pengaruh dari
harga tiket pesawat yang mahal. Ini tentu saja berpengaruh pada perekonomian
Babel karena untuk keluar dari provinsi ini tidak dapat ditempuh dengan akses
darat. Waktu tempuh untuk menggunakan jalur laut cukup lama sehingga jalur
udara tentu saja masih menjadi favorit bagi pemudik di 2019 ini untuk keluar
masuk Babel. Animo pemudik dengan menggunakan jalur udara tidak akan seramai
tahun kemarin, karena calon pemudik akan berpikir kembali untuk membeli tiket
pesawat atau menginvestikan dispossible
income yang diperoleh dari THR-nya dalam bentuk emas ataupun tabungan.
Di sisi lain Bulan Ramadhan boleh saja
menurunkan produktivitas. Hal ini tanpa dipungkiri memang benar karena dari
sisi jam kerja baik instasi pemerintahan maupun swasta mengurangi jam kerja
normalnya. Ditambah lagi adanya cuti bersama di akhir Ramadhan tentu saja
menjadi faktor penting menurunnya produktivitas. Di lain sisi, tingkat
pengeluaran konsumsi yang tinggi di akhir Ramadhan ini seolah mengkompensasi
penurunan yang diakibatkan berkurangnya jam kerja tadi. Bahkan seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, Ramadhan justru menghidupkan sendi-sendi
perekonomian. Produktivitas menurun namun konsumsi meningkat melebihi
penurunannya sehingga secara agregat perekonomian masih bergerak. Toh pada
momen ini tingkat kebahagiaan masyarakat cenderung naik karena dapat berkumpul
di kampung halaman bersama dengan sanak saudara. Bulan Ramadhan jelas bukan
sekedar ritual ibadah memperbanyak shalat malam dan mengkhatamkan Alquran
belaka. Tentu saja karena Ramadhan dapat memberikan dimensi yang berbeda kepada
pertumbuhan ekonomi di daerah. Membangkitkan gairah ekonomi yang semula lesu.
Ditulis Oleh:
Royhan Faradis S.ST
Fungsional Statistisi BPS Kab.
Belitung Timur
CP : 082312587579
Berita Terkait
Ramadhan Seyogyanya Jadi Momen Investasi
Hari Bank Nasional : Eksistensi Bank IndonesiaMengawal Inflasi Babel
Perekrutan Petugas Sensus Ekonomi 2016
Pelatihan Survei Ekonomi Nasional Februari 2016
Pelatihan Petugas Survei Ekonomi Pertanian Tahun 2024
Pelatihan Petugas Pengolahan Survei Ekonomi Pertanian Tahun 2024
Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik Kabupaten Belitung Timur (Statistics of Belitung Timur Regency)Jl. Raya Manggarawan Desa Padang Manggar
Kepulauan Bangka Belitung Indonesia
Telp (0719) 9220090
9220091
Mailbox : bps1906@bps.go.id