Kalori, Pendidikan dan Kegembiraan Anak-Anak - Berita - Badan Pusat Statistik Kabupaten Belitung Timur

Butuh Bantuan? Chat melalui WhatsApp pada tombol di pojok kanan bawah

Saat ini Publikasi Kabupaten Belitung Timur Dalam Angka 2025 Telah Tersedia dan bisa diakses pada menu publikasi.

Kalori, Pendidikan dan Kegembiraan Anak-Anak

Kalori, Pendidikan dan Kegembiraan Anak-Anak

25 Juli 2019 | Kegiatan Statistik Lainnya


Badan Pusat Statistik telah merelease rata-rata konsumsi kalori per kapita per hari menurut provinsi untuk tahun 2018. Dari data ini diperoleh bahwa masih ada 13 provinsi dengan rata-rata konsumsi kalori di bawah 2100 kkal per hari. Padahal jika konsumsi di bawah 2100 kkal , maka penduduk tersebut dikategorikan sebagai penduduk miskin. Artinya ada sekitar 38,24 persen provinsi yang rentan penduduknya dikategorikan sebagai penduduk miskin dari sisi pemenuhan kalori.

Masih banyaknya provinsi yang rentan penduduknya terkategorikan miskin dari sisi konsumsi membuat siapa saja khawatir dalam pemenuhan kebutuhan kalori di Indonesia. 13 provinsi ini tersebar di seluruh penjuru nusantara. Hanya provinsi-provinsi di Pulau Jawa saja yang aman dalam pemenuhan kebetuhan kalorinya. Provinsi Maluku, Maluku Utara dan Papua menjadi 3 provinsi dengan rata-rata konsumsi kalori terendah se Indonesia di tahun 2018. Padahal pemenuhan kalori ini sangat dibutuhkan dalam mencetak anak-anak generasi bangsa. Wajar rasanya jika banyak orang melihat bahwa Pulau Jawa merupakan lingkungan yang paling kondusif dalam mendidik anak. Stereotype seperti ini akan semakin mengukuhkan centralisasi Indonesia di pulau saja. Bukan hanya pembangunan infrastruktur saja, kini konsentrasi pemenuhan kalori dan gizi juga terpusat di Pulau Jawa.

Kalori dan gizi seimbang dibutuhkan anak untuk tumbuh kembangnya. Salah dalam memberikan asupan yang baik membuat anak mengalami gangguan perkembangannya. Dalam sebuah workshop yang bertema Managing Nutrition for Children To Embrace The New Parentng Trends, Dokter spesialis tumbuh kenang anak, Ahmad Suryaman berpendapat bahwa Indonesia saat ini mempunyai dua masalah terkait gizi anak. Masalah ini meliputi kurang gizi atau buruk (under nutrition) dan  gizi lebih atau kegemukan (over nutrition). Keduanya menjelma menjadi ancaman serius terhadap kualitas tumbuh kembang anak. Dengan gizi yang baik tentu akan memberikan kemudahan bagi orang tua dalam mendidik anak-anak mereka.

Selain asupan kalori dan gizi, lingkungan juga memberikan pengaruh yang signifikan dalam tahapan mendidik anak.Mendidik anak bukan hanya soal pemenuhan akan pendidikannya saja, melainkan lebih kompleks lagi. Akses terhadap sarana penunjang kebahagian anak hingga pemenuhan gizi mereka juga harus menjadi prioritas. Tidak heran jika tujuan Hari Anak Nasional 23 Juli tahun ini adalah tentang  memunculkan kepedulian semua pihak untuk mewujudkan lingkungan yang berkualitas bagi anak. Jarang rasanya menyebut anak-anak dalam kebijakan pembangunan lingkungan dan prasarana. Hadirnya anak-anak sebagai bagian anggota masyarakat seolah terlupakan.

Masih Ada Harapan               

Di tengah isu lingkungan dalam mendidik anak-anak yang masih minus di Indonesia, mereka seolah masih memberikan asa pada negeri ini . Banyak anak-anak Indonesia yang memperoleh medali dalam olimpiade dunia. Mata dunia seolah dipaksa menoleh ke prestasi anak-anak bangsa. Sebut saja cerita sprinter Zohri dengan keadaan ekonomi yang melarat masih bisa menyumbangkan emas ke bumi pertiwi. Di bidang e-sport yang dewasa ini mulai dilirik, muncul nama Faidan Zeus yang mahir olah jempol dalam pertandingan Pro Evolution Soccer di ajang internasional. Ini menjadi tantangan lingkungan pendidikan kita, menjaga agar anak-anak kita tetap berprestasi sampai dewasa kelak.

Dalam hal ini peranan pendidikan mulai berpengaruh bagi anak-anak. Mulai dari pendidikan tingkat taman kanak-kanak maupun tingkat dasar sebenarnya telah mendapat perhatian lebihdewasa ini. Swasta, utamanya telah mendesain pendidikan tingkat dini dan dasar menjadi pendidikan yang bermutu. Masyarakat pun diberi pilihan beragam jenis pendidikan tingkat dini dan dasar bagi anak-anak. Perbaikan pendidikan di tingkat dasar ini dimotivasi oleh minimnya pendidikan yang mempedulikan masa anak-anak. Di masa kecil itulah, pendidikan menjadi sangat mudah masuk ketimbang saat mereka telah beranjak dewasa.

Ada catatan menarik kalau melihat pendidikan dasar anak-anak kita sekarang ini. Mereka tetap dibekali materi pendidikan yang segudang. Sehingga mereka seolah dituntut untuk menguasai beragam materi yang berjubel. Mereka dididik untuk mengenal angka, huruf dan soal-soal rumit lainnya sejak dini. Padahal pendidikan masa anak-anak harusnya lebih menekankan pada perilaku, mental sportifitas dan lisan yang halus. Rasanya lebih senang melihat anak-anak yang mengerti bagaimana cara antre dan sabar dalam menunggu giliran daripada anak yang pintar menghitung namun lisannya tidak terjaga.

Mendidik anak-anak kita dengan pendidikan terbaik adalah bagian dari cara untuk menyelamatkan generasi mereka ke depan. Pendidikan tetap menjadi jalan terbaik untuk memutus mata rantai kemiskinan. Dengan didikan yang baik dan perlindungan yang tepat bisa menjadikan anak-anak nanti mengeluarkan potesi optimal yang dimiliki. Pemenuhan akan kalori dan akses dalam pemerataan sarana prasarana perlu dilakukan pembenahan dari waktu ke waktu. Ingin rasanya anak-anak yang lahir di bagian nusantara manapun mendapatkan lingkungan yang kondusif dan merata. Senyum yang sama dan kegembiraan yang sama harus dimiliki oleh seluruh anak negeri ini tanpa terkecuali. Kita Anak Indonesia, Kita Gembira.

Ditulis Oleh:

Royhan Faradis S.ST

Fungsional Statistisi BPS Kab. Belitung Timur

Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik Kabupaten Belitung Timur (Statistics of Belitung Timur Regency)Jl. Raya Manggarawan Desa Padang Manggar

Kepulauan Bangka Belitung Indonesia

Telp (0719) 9220090

9220091

Mailbox : bps1906@bps.go.id

logo_footer

Hak Cipta © 2023 Badan Pusat Statistik